GaronggangNews.Id | SVP Corporate Communication PT Pupuk Indonesia (Persero) Wijaya Laksana memaparkan pemicu harga pupuk yang melambung karena berbagai faktor dalam skala internasional, yang peristiwanya sudah terjadi sejak pertengahan 2021.
Wijaya mengungkapkan kenaikan harga pupuk bermula dari kebijakan Tiongkok dan Rusia sebagai negara pengekspor pupuk dan bahan baku pupuk terbesar dunia menyetop ekspor untuk menjaga kebutuhan pupuk dalam negeri.
Baca Juga:
Pangkas 145 Regulasi, Kebijakan Distribusi Pupuk Langsung Ke Petani Dinilai Tepat
"Tiongkok dan Rusia pada Agustus atau September tahun lalu menghentikan ekspornya. Padahal, mereka memegang pasar 20 hingga 30 persen di dunia," katanya, dilansir dari Antara, Selasa, 12 April 2022.
Pupuk Indonesia masih membutuhkan bahan baku fosfor dan kalium yang harus diimpor dari negara lain dikarenakan sifatnya yang merupakan barang tambang.
Biasanya, Pupuk Indonesia membeli bahan baku pupuk tersebut dari Rusia dan Tiongkok.
Baca Juga:
Mendagri Apresiasi Perjuangan Mentan Amran Tambah Alokasi Pupuk
Wijaya mengatakan harga pupuk melonjak signifikan ketika Rusia dan Tiongkok membatasi ekspor pupuk.
Hal tersebut diperparah lagi dengan tren kenaikan harga komoditas dunia, termasuk gas bumi yang menjadi salah satu bahan baku pupuk.
"Harga pupuk urea yang biasanya satu ton paling antara USD300-500 per ton, di akhir 2021 harga urea sampai USD1.000 per ton," kata Wijaya.