Jika itu terbukti, lanjut keduanya, dokter harus mempertimbangkan untuk merawat anak-anak dengan terapi imunomodulator, yakni pengobatan untuk memodifikasi respons sistem kekebalan.
Brodin juga menyerukan di Twitter untuk serangkaian studi kolaboratif untuk menguji teori tersebut. Namun, ia tetap menambahkan bahwa "belum ada yang pasti".
Baca Juga:
Soal Beras Bansos Dikubur di Depok, Pemilik Lahan Buka Suara
Ilmuwan senior dari Program Hepatitis Global Organisasi Kesehatan Dunia Philippa Easterbrook mengakui potensi kerjasama antara Adenovirus atau Sars-CoV-2 itu. Namun, ia menyebut itu belum didukung dengan data.
"Itulah mengapa sangat penting bahwa tes Sars-CoV-2 di antara tes lain dilakukan secara sistematis, baik untuk infeksi masa lalu dan saat ini dan semua anak, sehingga kami dapat membuat perbandingan di seluruh kasus yang dilaporkan di berbagai negara," kata Easterbrook.
"Kita tahu bahwa Covid pada orang dewasa dapat dikaitkan dengan hepatitis, tetapi lebih sedikit yang diketahui tentang apa yang terjadi pada anak-anak," lanjutnya.
Baca Juga:
Geger! Bansos Presiden Jokowi Ditemukan Dipendam di Tanah
Infeksi Sars-CoV-2 telah diidentifikasi pada 18 persen dari kasus yang dilaporkan di Inggris. Saat ini, tes dilakukan untuk mengatahui apakah anak-anak tersebut terinfeksi sebelum atau sesudah kasus hepatitis ini.
Adenovirus diketahui masih dianggap sebagai penyebab utama kasus itu karena ditemukan pada sekitar 70 persen anak-anak penderitanya di Inggris.
Jenis Adenovirus tertentu, yang disebut F41 yang diketahui menyebabkan diare, muntah dan demam, ditemukan pada pasien, tetapi sebelumnya tidak dikaitkan dengan hepatitis pada orang muda yang sehat.