GaronggangNews.Id| Sekarang ini, teknologi bidang pertanian berkembang begitu pesat. Hal ini tentunya akan berdampak pada perubahan perilaku atau kegiatan produksi di sektor pertanian itu sendiri.
Para pemangku kepentingan agroindustri mau tidak mau harus bisa merangkul transformasi digital di bidang pertanian tersebut.
Baca Juga:
Bupati Samosir Ajak Masyarakat untuk Memakai Pupuk Organik di Pertanian
Terlebih saat ini, dunia telah memasuki era baru yang disebut dengan Revolusi Industri 4.0 yang dimana pembangunan industri di dalamnya tidak dapat dihindari perkembangannya.
Sektor pertanian sebagai sektor yang diandalkan dalam memenuhi ketersediaan pangan harus mampu beradaptasi dan mampu memanfaatkan teknologi digital berbasis internet tersebut.
Revolusi Industri 4.0 yang sedang berkembang saat ini sudah tidak lagi membicarakan tentang otomatisasi alat, tetapi lebih kepada penggunaan mesin-mesin yang terintegrasi langsung dengan jaringan internet.
Baca Juga:
Pasca Banjir Bandang, Pemkab Samosir Lakukan Percepatan Penataan Lahan Pertanian Warga
Ini karena, masa depan pertanian tidak akan lagi berlangsung secara konvensional melainkan akan tergantikan dengan peranan teknologi berbasis internet tersebut.
Ada lima teknologi utama yang menopang implementasi revolusi industri dalam bidang pertanian, tersebut diantaranya adalah basis internet (internet of things), super komputer (artificial inteligence), kendaraan tanpa pengemudi (human-machine interface), teknologi robotik (smart robotic) serta teknologi 3D printing.
Melalui implementasi Revolusi Industri 4.0 di sektor pertanian, diharapkan proses usaha tani menjadi semakin efektif dan efisien, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing produk tani yang dihasilkan.
Untuk mendukung Revolusi Industri 4.0, saat ini Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian mulai berinovasi mengembangkan teknologi-teknologi cloud computing, mobile internet, dan artificial intelligence yang kemudian akan digabung menjadi teknologi alat mesin pertanian yang lebih modern, misalnya berupa traktor yang mampu beroperasi tanpa operator, pesawat drone untuk deteksi unsur hara, dan robot grafting.
Tidak behenti disitu, Kementerian Pertanian (Kementan) juga berhasil menciptakan Agriculture War Room (AWR), yaitu suatu pusat data dan sistem kontrol pembangunan pertanian nasional berbasis teknologi.
Melalui AWR, Menteri Pertanian (Mentan) bisa melihat kondisi pertanian secara real di lapangan dan berkomunikasi langsung dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di seluruh Indonesia.
Dengan hadirnya AWR, Mentan ingin memastikan jika kedepannya tidak lagi terjadi perbedaan data statistik karena sudah terpantau oleh pusat yang dijamin akurat.
Selain itu, kita juga bisa memantau kondisi pertanaman dan mendapatkan informasi terkait luas lahan sawah, luas panen, kebutuhan pupuk, data produksi, harga komoditas strategis, dan lain-lain.
Harapannya, penerapan teknologi dalam sistem pertanian tersebut bisa menjadi alat ukur dalam melakukan pengawasan sekaligus membantu untuk membuat mapping area lahan nasional sehingga dapat terlihat dengan jelas perkembangan setiap jenis komoditas di tiap-tiap daerah. [As]