GaronggangNews.Id | Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang kini menjabat sebagai Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia menyebutkan, Eropa tidak akan bisa melewati waktu sepekan tanpa gas dari Rusia.
“Kami menghargai konsistensi dan integritas mitra Eropa kami. Apalagi mengingat fakta bahwa, menurut data IMF baru-baru ini, Eropa akan bisa hidup tanpa gas kami tidak lebih dari 6 bulan. Tapi berbicara serius, mereka bahkan tidak akan bertahan seminggu,” ungkap dia, Jumat (22/4/2022).
Baca Juga:
Indonesia-Rusia Sepakat Perkuat Hubungan Bilateral
Dilansir dari Russia Today (RT), Medvedev mengungkapkan pandangannya tersebut lewat posting Telegram.
Dia mengomentari pernyataan Komisi Eropa bahwa mungkin ada cara untuk membayar gas Rusia dalam rubel tanpa melanggar sanksi.
Menurut Direktur Departemen Eropa di IMF, Alfred Kammer, jika pasokan gas Rusia dihentikan, Eropa dapat mengelola dampaknya selama enam bulan berkat pasokan alternatif dan menggunakan penyimpanan yang ada.
Baca Juga:
Menko Airlangga Terima Penghargaan dari Pemerintah Rusia dan Temui Medvedev
"Namun, jika pemadaman gas itu berlangsung hingga musim dingin, dan dalam jangka waktu yang lebih lama, maka itu akan berdampak signifikan, dan Eropa bakal kepayahan," katanya, Jumat.
Pada Kamis (21/4/2022), Diplomat Tinggi Uni Eropa Josep Borrel menyatakan, bahwa Brussels telah gagal mencapai konsensus tentang larangan penuh impor minyak dan gas Rusia.
Tetapi, dia menyatakan keyakinannya bahwa kesepakatan akan dicapai dalam waktu dekat.
Pada awal April, UE mengumumkan bahwa para anggotanya telah menyetujui embargo batubara Rusia yang diperkirakan bernilai 4 miliar Euro per tahun, yang akan berlaku pada Agustus.
Rusia diketahui telah menyerang Ukraina pada akhir Februari.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin Amerika Serikat (AS).
Di sisi lain, Kyiv menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali Donetsk dan Luhansk yang diakui merdeka oleh Moskwa dengan paksa.
Barat menanggapi serangan Rusia di Ukraina dengan sanksi keras, yang mencakup berbagai sektor ekonomi Rusia.
Moskwa tidak tinggal diam. Rusia menganggap langkah-langkah ini sebagai "tindakan tidak bersahabat" dan telah menanggapi dengan sanksi balasannya sendiri.
Di tengah serangan Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina, UE sedang mendiskusikan paket sanksi baru keenam terhadap Moskwa, yang dilaporkan mungkin mencakup beberapa pembatasan impor minyak dan gas dari Rusia.
Tindakan pembalasan Rusia juga bisa menyentuh pasokan energi ke Eropa.
Tanggapan negara UE
Diberitakan RT, Presiden Perancis Emmanuel Macron pada Jumat, memperingatkan bahwa Uni Eropa tidak akan dapat bertahan pada musim dingin mendatang tanpa gas Rusia.
"Kami tidak akan melihat konsekuensi dari ini (embargo gas Rusia) pada musim semi dan musim panas 2022. Kami telah mengisi kembali stok. Tetapi, musim dingin mendatang semuanya akan berubah jika tidak ada lagi gas Rusia," katanya dalam sebuah wawancara dengan Ouest France diterbitkan pada Jumat.
Pemimpin Perancis, juga menjelaskan bahwa embargo penuh terhadap gas Rusia tidak sedang dibahas karena UE sepenuhnya memahami kesulitan besar apa yang akan ditimbulkannya.
“Ini mungkin topik yang akan muncul di meja diskusi, itu tidak ada hari ini. Batubara dan minyak ada, gas tidak,” katanya. [As]