GaronggangNews.Id | Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir kembali mendorong PT PLN (Persero) untuk masuk ke pengembangan energi hijau di Indonesia. Pasalnya, potensi ekspor listrik ke negara tetangga saat ini terbuka lebar.
Menurut Erick negara ini memiliki sumber energi terbarukan yang cukup melimpah. Misalnya seperti tenaga air, matahari, angin, dan panas bumi.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
"Kenapa saya mendorong PLN membangun power plant renewable tidak lain kenapa? Jangan kaget kekuatan alam kita yang namanya air, matahari, angin geothermal ini bisa jual listrik ke negara tetangga. Artinya apa? Mereka butuh kita," ujarnya saat Menyapa Serikat Pekerja dan Milenial PLN, Kamis (7/4/2022) lalu.
Selain itu, Erick juga mendorong agar PT PLN membangun ekosistem mobil listrik di Indonesia. Hal ini sesuai dengan tujuan pembentukan Holding PLN yang salah satu intinya untuk memperkuat ekosistem tersebut.
"Mengapa holding ini terbentuk untuk memperkuat bagaimana kita ikut pembangunan ekosistem EV baterai. Mobil listrik ini kita harus ikut, karena ini perubahan yang terjadi dan jantungnya di PLN," kata Erick.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Seperti diketahui, rencana RI untuk mengekspor listrik ke negara tetangga seperti Singapura semakin nyata.
Hal ini tidak hanya dilakukan secara bisnis antara perusahaan Indonesia dan Singapura, namun juga dipayungi oleh kesepakatan di antara kedua negara.
Pada Jumat (21/01/2022), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan Menteri Kedua Perdagangan dan Industri Singapura Tan See Leng menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) di bidang kerja sama energi.
Penandatanganan MoU Kerja Sama Energi ini menjadi salah satu poin yang disampaikan (deliverables) pada pertemuan Leaders' Retreat antara Presiden RI Joko Widodo dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada Selasa, 25 Januari 2022 di Bintan.
"Saya melihat nilai penting MoU di level G-to-G sebagai dasar kedua negara untuk mendorong dan meningkatkan inisiatif proyek kerja sama energi, baik di tingkat pemerintah maupun di tingkat bisnis," kata Arifin dalam sambutannya usai melakukan penandatanganan secara virtual, dikutip dari keterangan resmi Kementerian ESDM, Kamis (27/01/2022).
Arifin menyebutkan, MoU kerja sama bidang energi tersebut akan memayungi sejumlah area, termasuk di antaranya: pengembangan energi baru terbarukan (EBT) seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan hidrogen, interkoneksi listrik lintas batas dan jaringan listrik regional, perdagangan energi, pembiayaan proyek energi, dan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Di samping itu, MoU tersebut mengatur pula pelaksanaan Kelompok Kerja Energi (Working Group on Energy) yang akan menjadi forum rutin untuk menetapkan, memantau, dan mengevaluasi kerja sama energi antara kedua negara.
"Saya yakin Working Group jadi forum krusial bagi kedua pihak untuk bekerja sama membantu merealisasikan transisi energi pada masing-masing negara. Topik seperti CCUS (Carbon Capture, Utilization & Storage) dan pengembangan energi baru dan terbarukan akan menjadi perbincangan," jelas Arifin. [as/tum]